Sabtu, 29 Agustus 2015

Belitong Hari Pertama Bagian Pertama (Nyicil Iseng)

Sebenarnya tulisan yang benar untuk nama pulau yang menjadi topik tulisanku kali ini adalaha Belitung, namun saya lebih senang menyebutnya Belitong seperti yang muncul dari mulut orang-orang saat mengucapkannya, atau juga tulisan yang beberapa orang juga menulisnya. 

Ya kali ini saya alhamdulillaah dikasih rejeki oleh Allah untuk mengunjungi pulau Belitung, yang namanya makin dikenal sejak sebuah film berjudul Laskar Pelangi mengambil Belitung sebagai fokus tempat pengambilan gambarnya. Berkunjung ke Belitung dengan adik adik adalah sesuatu yang juga menambah nilai dari perjalanan ini, apalagi perjalanan ini juga bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang tepatnya jatuh pada tanggal 17 Agustus.

Sabtu, 15 Agustus 2015
Pukul 08.35 pagi waktu pesawat kami akan tinggal landas dari bandara Soekarno Hatta,namun pukul 06.00 saya dan Nurul sudah tiba, sempat menanti adik adik yang lain, dan bertemu mba Dian, seseorang yang membantu kami mengurus perjalanan ke Belitung sebelum akhirnya kami masuk ke dalam check in counter mengurus bagasi. Pagi itu setelah selesai kami mengurus bagasi, kami mampir ke sebuah rumah makan karena saya dan Nurul belum sarapan.Setibanya di sana Tony sempat tersadar kalau dia kehilangan jam tangannya… Ah ada ada saja. Tapi Tony tetap bersemangat, syukurnya sampai kami pulang kembali masalah jam tangan hilang tidak membuatnya risau (sok tau gini gue hehehe, padahal mungkin Tony masih risau).

Tepat pukul 08.35 pesawat kami menuju Bandara Hanadjoeddin lepas landas meninggalkan bandara Soetta dan waktu tempuh hanya 45 menit. Alhamdulillaah perjalanan di udara lancar dan kami selamat tiba di bandara Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, Belitung. Setibanya di bandara Hanandjoeddin, kami langsung sibuk berfoto-foto mengabadikan momen bersama. Mungkin agak lama kami menghabiskan waktu foto-foto, namun ternyata saat kami beranjak dari lapangan parkir pesawata dan masuk ke dalam untuk mengambil bagasi, tas kami pun belum tiba di tempatnya sehingga kami masih harus menunggu beberapa menit lebih lama. Selesai urusan dengan bagasi, kami langsung menuju keluar dan di gerbang keluar sudah tampak seorang anak muda yang menjemput kami, dia memegang kertas yang bertuliskan nama saya disana, Welcome to Belitung Ibu Adelina, hahhaah…
Anak muda itu yang menjemput kami itu bernama Fherros dan dia akan menjadi juru mudi serta pemandu kami selama kami di Belitung. 

Beranjak dari bandara, kami melanjutkan perjalanan, dan tempat yang kami kunjungi pertama adalah Danau Kaolin atau Danau Biru. Menurut cerita Fherros, danau Kaolin terbentuk secara tidak sengaja. Di dataran di mana orang orang menggali dan mengambil kaoli lama lama muncul sumber air yang membentuk sebuah danau yang lumayan besar. Jika dilihat lihat, danau Kaolin ini mirip dengan Kawah Putih yang ada di Jawa Barat. Menarik sekali. Di sana kami sibuk berfoto foto lagi sambil takjub dengan ciptaan Tuhan yang kadang kita tidak mengira kapan dia bisa muncul dan terbentuk tanpa rencana. Cuaca panas, matahari terik tidak menghalangi kami berfoto foto, bermodalkan kaca mata hitam, sunblock, dan topi, sibuklah kami berfoto foto beramai ramai dan selfie hohohoho… 


Senin, 24 Agustus 2015

Catatan Perjalanan ke Nusa Tenggara 2013



Perjalanan kali ini bukanlah perjalanan biasa, karena aku dan kawan-kawan yang totalnya berjumlah 4 orang (Adelina, Andis, Dian, Yannik) akan melakukan perjalanan naik kapal dengan tujuan utama mengunjungi pulau Komodo yang terletak di Sumbawa.

Rabu, 8 Mei 2013, perjalanan itu kami mulai. Cuaca yang hangat sore itu menemani kami naik kapal yang ukurannya tidak besar, tidak sebesar yang kubayangkan pastinya. Saat akan menaiki kapal, tidak terbayang kembali di angan-angan akan seperti apa bentuk kapal itu nanti, tahu-tahu kami sudah berada di kapal, tas-tas kami dibawakan oleh para awak kapal menuju kamar yang akan kami tempati. Kamar yang tidak luas itu terletak di perut kapal, dibuat di dua sisi, sehingga tiap kamar memiliki jendela untuk melihat pemandangan ke laut. Bentuk kamar yang mungil diisi tempat tidur bertingkat, dilengkapi sebuah kipas angin kecil untuk menambah sedikit sejuk hawa. Aku yang sekamar dengan Yannik mempersilahkannya memilih untuk menempati bagian atas tempat tidur, dan aku cukup di bagian bawah saja, yang ternyata sulit bahkan memang tidak muat untukku menegakkan punggung sekedar untuk duduk menunaikan sholat. Tapi aku tak kehilangan akal, akhirnya aku mengambil posisi duduk di sebelah tempat tidur yang agak kosong, menghadap jendela, dan kubiarkan kakiku selonjoran di atas kasur sementara aku sholat. Berikut ini adalah gambar kamar yang kami tempati dan kamar mandi di atas kapal.




Tak berapa lama setelah kami berada di atas kapal, makan siang pun disajikan, kami sudah kelaparan. Menu siang itu entah apa aku lupa, namun Kak Andis dan aku sempat membeli Ayam Taliwang dalam perjalanan menuju pelabuhan, sehingga jadilah siang itu menu kami agak berbeda dari yang lain.



 Sore itu kami berlayar menuju Gili Kondo dan di sana kami (tanpa Kak Dian) berjalan mengelilingi pulau menikmati pemandangan sambil mencari kerang atau apapun yang menarik yang ada di tepi pantai, sembari sesekali mengambil gambar diri. Istilahnya dalam bahasa Inggris adalah “beachcombers”. Aku dan Yannik mengenakan sandal, sementara Kak Andis benar-benar telanjang kaki dan lucu juga saat melewati batu karang kecil-kecil yang Yannik sebut chicken feet itu terlihat sesekali Kak Andis menyeringai kesakitan. Aku melihatnya antara lucu, tapi kasihan juga, hanya mau bagaimana lagi. Malah sempat diambil gambar loh waktu berjalan di atas batu yang membuatnya kesakitan itu. Ini dia fotonya hehehe



Di foto ini terlihat sulitnya berjalan di atas kumpulan chicken feet itu
Tapi bukan Kak Andis kalau tak berhasil melewati rintangan itu. Akhirnya selesai juga acara jalan-jalan mengelilingi Gili Kondo. Kami langsung bergegas mandi dan sholat Ashar. Satu hal yang menarik saat kami akan memakai kamar mandi, Pak Perama, pemilik agen tur yang kami ikuti ini mengira kami adalah penyusup, dan dia terkaget-kaget ketika tahu bahwa kami juga ikut serta dalam tur menuju Pulau Komodo ini, karena ternyata tidak biasa untuk orang lokal mengikuti tur yang mereka atur ini. Malamnya sehabis Maghrib kami diundangnya minum teh bersama.


Habis minum teh bersama Pak Perama, dilanjutkan acara makan malam dan mendengarkan musik.
Kami di sana hingga sekitar pukul 21.00 diakhiri dengan menari poco-poco, tapi dengan musik suka-suka hati, hahahahaha… Dan aku saking niatnya, malam itu naik kembali ke kapal dengan peluh di badan. Malam pertama tidur cukup nyenyak, sempat terbangun sejenak saja karena belum sholat Maghrib dan Isya.



Hari kedua, Kamis 9 Mei 2013, setelah kami berlayar semalaman, kami tiba di Pulau Satonda. Di Pulau Satonda kami langsung naik ke atas pulau menuju danau air asin yang di sana katanya banyak ikan yang biasa buat terapi kulit, mereka akan menggigiti kulit-kulit mati kita.


Selesai dengan berenang di danau, kami melanjutkan kegiatan dengan berenang dan snorkeling di laut.
Siang-siang menjelang makan siang, kami sudah kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan dan kami sempat mampir sebentar di Pulau Donggo. Di sana kami hanya berjalan sebentar di pantai, foto-foto, menanti matahari terbenam, namun ternyata sore itu mendung, sehingga kami buru-buru harus kembali ke kapal, dan benar saja, belum sempat sekoci sampai di kapal, hujan sudah mulai turun.
Hari itu sudah hari Kamis. Ba’da makan malam, sebelum tidur, aku dan teman-teman sempat melihat pemandangan langit dari dek, indah banget bintang-bintang di langit malam itu, yah, namanya juga langit bersih, kalau di Jakarta kan langit sudah banyak polusi. Sehabis melihat langit, kami sempat bermain kartu sebentar. Gilingan  deh, saking udah lamanya gak main kartu remi, malam itu kagok banget maen kartu, beberapa kali kalah aja. Akhirnya setelah lumayan lelah bermain kartu, kami kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Malam itu tidurku nyenyak sekali, jam 5 sudah bangun dan langsung mandi karena setelah itu ingin melihat matahari terbit. Belum rapi dandan, aku langsung pergi ke dek untuk melihat pemandangan sekitar kapal yang masih agak gelap, dan saat asik memotret muncul teman-teman yang juga ikut mengambil gambar. Saat matahari muncul, aku senang sekali melihatnya, matahari terlihat sangat indah, dan bentuknya juga agak berbeda seperti bulan sabit, oooh ternyata menurut Nardin, sesuai berita yang ada, Jumat 10 Mei 2013 itu akan ada gerhana matahari cincin.



Wow!! Alhamdulilllaah banget dikasih Allah kesempatan lihat gerhana matahari setelah malam sebelumnya sempat berbincang dengan Kak Andis kalau aku rasanya belum sempat melihat kejadian-kejadian langit yang langka itu. Subhanallaah indahnya pemandangan pagi itu. Selesai melihat matahari terbit, saat akan kembali ke kamar untuk bersiap-siap, ternyata kamar terkunci tak sengaja sehingga aku belum bisa masuk kamar untuk bersiap-siap. Untunglah pintu bisa dibuka, walaupun waktuku bersiap-siap sangat mepet. Agenda hari ketiga itu adalah pergi ke pulau Komodo.

Selesai dari pulau Komodo, lanjut perjalanan ke Labuan Bajo.


Malamnya ada malam perpisahan untuk mereka yang tidak akan kembali ke Lombok.
Kami beranjak dari Labuan Bajo sudah pagi, menuju Pulau Rinca, tempat lain di mana komodo berada.
Hari keempat di Pulau Rinca melewati savana dengan penuh peluh. Kenalan dengan Mark dan Anna di sini.


Bergerak sedikit kami bergeser ke Pink Beach dan di sana kami snorkeling lagi, fun!
Sempat berfoto saat di pantai, lumayan lah. Tapi ombak di laut itu agak lebih heboh sehingga aku kok rasanya seperti cepat lelah.



Hari kelima adalah hari terakhir, kami pergi ke Pulau Moyo, main di air terjun Dimu

dan dari sana kami Cuma mampir di Pulau Keramat untuk minum kelapa dan keliling pulau yang kecil saja. Minggu sore kami tiba di Labuan Lombok dan langsung pulang naik bus diantar ke Transit Hotel.

Hari Senin, 13 Mei 2013, kami pergi ke Rinjani, hanya mengunjungi 2 air terjun, Sindang Gile dan Tiu Kelep saja.


Yannik dan saya sempat terjatuh di sungai yang batu-batunya licin dan aliran airnya lumayan deras, bahkan Yannik sampai kehilangan kaca mata hitamnya, so sorry to know that happen, insyaa Allah nanti diganti Allah dengan yang lebih baik. Alhamdulillaah perjalanan selesai, sebelum pulang menuju airport kami sempat beli nasi khas Lombok namanya nasi Puyung, kami membelinya di Praya di mana bandara juga berada... Berikut penampakan nasi Puyung itu, enak banget rasanya apalagi saat lapar hahahaha


Dari Praya sebelum ke Jakarta kami transit di bandara Ngurah Rai, di sana tahu tahu Kak Dian melihat Dewa Budjana lewat dan Kak Andis mengomporiku untuk foto bareng, akhirnya Dewa Budjana berhasil kukejar dan berhasil kuminta foto bareng hohohohoho 

Perjalanan pulang alhamdulillaah baik dan kami tiba di Jakarta dengan selamat. Saya pulang ke Pramuka diantar Kak Andis yang dijemput oleh Mas Sila, setelah sebelumnya mengantar Yannik dan Kak Dian dahulu. Jazakumullaah khairan katsiran Kak Andis dan Mas Sila. 
Sampai ketemu di cerita jalan jalan lainnya ya. Cheers,
Jakarta, 2013