Kamis, 23 September 2021

Tentang Menuliskan Kesedihan di dalam Jurnal

Saya belakangan berpikir dan memutuskan untuk tidak menuliskan hal-hal tidak menyenangkan di dalam jurnal atau diary saya. Saya pikir akan lebih baik jikapun ditulis, setelahnya disobek dan dibuang. Alasan saya memilih melakukan itu karena saya tidak ingin nantinya saya meninggalkan kesedihan atau kesusahan itu sebagai kenangan untuk siapapun yang mungkin nanti masih ada saat saya pergi dan membaca catatan saya. Dulu saya senang menuliskan curahan hati saya di diary yang saya punya. Saat pandemi ini saya membaca-baca lagi catatan-catatan saya di masa lalu dan saya merasa saya salah, seharusnya catatan yang sedih sedih itu tidak perlu disimpan. Akhirnya beberapa halaman diary yang sudah saya baca dan saya pikir isinya tentang kesedihan sudah saya hancurkan. Buat saya meninggalkan catatan kebahagiaan adalah sebuah pilihan baru yang lebih baik untuk dilakukan karena saya ingin orang-orang berbahagia saat membaca isi jurnal atau diary saya. Saya tidak ingin yang membaca penasaran atau bahkan malah ikutan bersedih karena membaca tulisan saya. Jangankan mereka, saya saja yang membacanya lagi bisa bersedih lagi, padahal hal-hal itu telah berlalu dan saya seharusnya sudah moved on. Hmmm... Saya bukan yang sempurna, berulang kali melakukan kesalahan, berulang kali juga merasa sakit hati. Tapi saya berusaha memaafkan dan berharap akan dimaafkan. Saya suka bingung kenapa suka menyimpan rasa kesal di masa lalu dan diungkit untuk membalas rasa kesal orang di masa sekarang. Pilihan untuk tidak berkata atau mengungkapkan di masa lalu semestinya ditinggalkan dan tidak diingat lagi. Saya pun berusaha seperti itu, Saya termasuk yang bisa menyimpan kekesalan dan kemudian melupakan. Alhamdulillaah rasa kesal itu betul betul hilang dan saya melupakan. Tapi ada saatnya juga saat saya kesal saat itu juga mengungkapkan tentunya dengan niat baik agar saya tidak ghosting hahahhaha... Maksud saya, kalau saya kesal dan merasa ada yang perlu diperbaiki dalam kondisi itu saya akan bicara, tidak kesal lalu diam diam kemudian menghilang. Nanti jadi bingunng yang ditinggalkan kan. Rasa kesal itu pun tidak saya rekam pada catatan, khawatir ingat lagi, nanti kesal lagi wkwkkwkwk cape deh ga kelar kelar. Kalau kata seseorang yang kukenal, bukan teman, karena dia ga mau jadi teman saya, mungkin calon teman hihihihii... Kita ini pada akhirnya akan survive masing masing dengan kesibukan kita sendiri sendiri. Oiya, saya juga belajar dan pernah diingatkan "Don't chase people." Nah kalo ini kata teman LOL... 

Jadi mari kita catat di dalam memori dan buku harian kita yang baik baik saja. Kita berusaha semoga Allah meridhoi, aamiin.

Ditulis saat pandemi covid19 entah hari ke berapa, di bulan September tanggal 23 tahun 2021 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar