Rabu, 30 Juli 2025

Yang Pergi Tak Akan Kembali, Berharap Berjumpa Lagi Suatu Hari Nanti

Kehilangan selalu meninggalkan kenangan dan kesedihan. Doa selalu semoga kita akan berjumpa kembali di Surga Firdaus Allah Subhanahu Wa ta'ala

Beberapa waktu lalu saya membaca kembali chat saya dengan beberapa kawan yang sudah tidak ada. Rasa menyesal tentunya ada, menyesal karena di waktu menjelang perginya mereka tidak ada pertemuan yang sempat terjadi, bahkan beberapa obrolan sudah tidak terbalas, setelah diingat-ingat mungkin saat itu kondisi mereka telah memburuk, hanya saya yang tidak mengetahuinya.

Ini mengingatkan kembali kepada kenangan saya saat ibu pergi. Kepergian ibu begitu cepat. Yang aku ingat waktu itu di suatu Rabu pagi di bulan Februari tanggal 11 aku masih mengobrol dengan ibu sambil bersiap-siap berangkat bekerja. Terbersit rasa enggan untuk berangkat bekerja. Namun aku memutuskan untuk tetap berangkat mengingat tumpukan pekerjaan yang menanti. Sambil aku bercermin merapikan rambut, ya waktu itu aku belum berjilbab, ibu masih sempat membantuku merapikan kerah bajuku. Kemudian ibu mengantarku sampai pintu gerbang. Seperti biasa itulah rutinitas ibu kalau aku akan berangkat bekerja dan di rumah sudah tidak ada siapa-siapa. Ya aku yang terakhir berangkar karena waktu kerjaku lebih fliksibel, kecuali jika ada kelas pagi tentunya aku sudah lebih awal berangkat dibanding saudara-saudaraku yang lain. Hari itu aku tidak pulang ke rumah, tapi aku bermalam di kosan karena keesokan harinya, Kamis 12 Feruari aku ada kelas pagi untuk semester pendek. 


Tengah malam HPku berdering, tidak terangkat, ternyata telepon dari adik di rumah, aku belum ada perasaan apa-apa, aku berpikir khawatir di rumah ada yang berkelahi karena di rumah saat itu ada anggota keluarga yang bermasalah yang kerap berkelahi tanpa tahu waktu. Tidak langsung kurespon telepon dari adikku, aku sempat bangun dan ke kamar mandi. Setelahnya muncul lagi telepon, tapi kali ini dari tetangga kami. Aku angkat, suara di sana hanya bilang, " Teh Ibu udah ga ada." 😭😭😭😭

Aku bilang kepada kawan sekamarku lalu dia pesankan taksi blue bird untuk aku pulang. Sepanjang jalan aku menangis sambil bertelepon dengan kawanku di Inggris karena di sana masih cukup sore. Aku tidak merasa perlu membangunkan orang-orang di Jakarta. 

Begitulah ceritanya malam itu. Nanti akan aku lanjutkan lagi cerita ini. Aku jadi sedih mengingatnya kembali. Tapi ini semua akan menjadi pelajaran untukku, pelajaran yang sangat berharga.




Minggu, 20 Juli 2025

Doa yang Selalu Ada

Saya insyaaAllah akan terus berusaha untuk mendoakan kebaikan, keselamatan kita semua, hamba hamba Allah, baik yang sudah beriman kepada-Nya maupun yang belum.
Saya mendoakan diri saya sendiri, ibu dan ayah saya, adik adik dan kakak saya, ipar ipar saya, leluhur leluhur saya, moyang moyang saya, nenek nenek dan kakek kakek saya, uwak uwak, bibi bibi, dan mamang mamang saya, sepupu sepupu saya, anak anak saya, keponakan keponakan saya, cucu cucu saya, cicit cicit saya, kerabat dan saudara saudara saya, sahabat sahabat saya, teman-teman saya, guru guru saya, murid murid saya, pemimpin pemimpin saya, seluruh muslimin dan Muslimat, mukminin dan mukminat yang masih hidup maupun yang sudah tiada, juga mereka, baik yang saya kenal maupun tidak, yang belum mendapat hidayah Allah agar mendapat hidayah-Nya.

Semoga Allah senantiasa mengabulkan doa doa baik yang kita panjangkan dan panjatkan, aamiin yaa Allah yaa Mujiibassa'iliin yaa Robbal'aalamiin. 

Sabtu, 12 Juli 2025

Taksi Blue Bird dan Pengendara Motor

Senin, 7 Juli 2025 malam saya pulang sekitar jam 9 kurang. Di tengah hujan yang lumayan deras saya mencoba mencari taksi di depan Hotel Pullman, seberang Plaza Indonesia. Kelihatannya karena hujan sudah turun lama, sekitar 3 jam (ini info yang kudapat dari pengemudi taksi yang akhirnya aku tumpangi) sulit sekali menemukan taksi malam itu. Setelah beberapa waktu saya menunggu tampak datang sebuah taksi kosong dari arah Sarinah dan saya langsung menyetopnya. Biasanya saat seperti itu saya langsung membuka pintu taksi dan mengarahkan pengemudi ke mana tujuan saya, tapi malam itu tidak saya lakukan karena begitu saya hampiri pengemudi sudah membuka jendela pintu depan dan bertanya ke mana arah yang ingin saya tuju. Lalu saya sampaikan arah tujuan saya dan pengemudi minta maaf karena tidak bisa mengambil saya sebagai penumpangnya. Akhirnya saya menunggu lagi, lumayan agak lama, akhirnya dapat taksi yang baru keluar dari Hotel Pullman. Kali ini saya naik, tapi sambil bertanya memastikan apakah bapak pengemudi bersedia mengantar ke arah tujuan saya. Sudah lama sebenarnya saya tidak seperti itu saat naik taksi karena saya pikir semua pengemudi Blue Bird harus bersedia mengantar ke mana pun arah tujuan penumpang.
Lalu saya pun bercerita kepada pengemudi taksi yang saya tumpangi malam itu tentang alasan saya mengapa saya bertanya memastikan dulu. Kemudian pengemudi itu merespon bahwa saya seharusnya bisa mencatat nomor pintu taksi yang menolak saya dan melaporkannya ke kantor pusat Blue Bird. Wah saya tidak berpikir sejauh itu saat ditolak, saya bilang ke pengemudi alhamdulillaah saya sedang tidak buru buru dan suasana hati saya baik baik saja, saya cukup sabar menunggu taksi lain saja. Tapi mungkin kalau saya lagi buru buru, ada juga ya rasa kesal dan ingin mengadukan taksi yang menolak saya hahahaha...

Alhamdulillaah malam itu saya tiba di rumah dengan selamat, hanya sedikit kebasahan saja karena di pinggir jalan beberapa kali kecipratan motor yang menerabas genangan air dan saat itulah sebenarnya hati saya merasa kesal hahahaha. Sambil kecipratan sambil sedikit ngomel dalam hati, marah karena motor motor itu seenaknya mengencangkan motor mereka tanpa peduli ada orang di pinggir jalan yang kecipratan huh.


Rabu, 09 Juli 2025

Ekspresif

Kalau disuruh menilai seberapa ekspresif diri kita mungkin sebagian orang lebih memilih untuk meminta pendapat orang-orang di sekitarnya sebagai bahan jawabannya.

Saya sendiri rasanya akan menjawab bahwa diri saya ekspresif. Semakin bertambah umur saya makin banyak belajar tentang menjadi seseorang yang ekspresif. Namun sepertinya saya masih kewalahan untuk mengontrol ekspresif negatif. Hahahaha.. Sebenarnya itu bergantung banyak hal pastinya, termasuk hormon dan situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Saya menilai diri saya sebenarnya adalah seorang yang sabar di dalam merespon suatu yang tidak sesuai dengan harapan saya, namun ada saat tertentu saya bisa menunjukkan ekspresif negatif secara spontan. Contohnya suatu hari saya memesan taksi online, beberapa saat setelah dapat notifikasi bahwa ada taksi tersedia dan sedang mengarah ke tempat saya berada sang pengemudi mengontak saya meminta saya menunggu, padahal jaraknya lumayan jauh, tapi karena diminta menunggu saya tidak membatalkan. Saya lihat di peta taksi sudah semakin mendekat dan saya dengan antusias menunggu di lokasi penjemputan. Eh tiba tiba kok pesanan saya dibatalkan oleh pengemudi tanpa ada obrolan dulu di kolom chat atau melalui telepon. Saat itu terpaksa ekspresif negatif saya muncul, saya langsung menghubungi perusahaan taksi online dan menceritakan keluh kesah saya meminta agar pengemudi diingatkan agar lain waktu tidak seperti itu lagi ke penumpang.

Jadi begitulah sedikit cerita tentang menjadi 'ekspresif'.
Nanti kapan kapan saya lanjut ya dengan cerita lainnya, sekarang saya sudah ngantuk. Haha iya sekarang sudah jam 00:14 di Jakarta, Indonesia.