Selasa, 13 Mei 2014

Saya dan Belajar Mengaji (Membaca Al Quran)


Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw bersabda, "Orang yang mahir membaca dan memahami Al Qur'an, maka ia bersama para malaikat mulia. Sedangkan, seorang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata, tetapi tekun mempelajarinya, maka ia akan mendapat dua kali lipat pahala." (H.R. Bukhari)

Saya mau bercerita sedikit mengenai saya dan mengaji. Saya belajar mengaji sejak SD mungkin. Dulu ibu dan ayah memanggil guru mengaji untuk datang ke rumah saat kami di Ciputat. Saat itu saya ingat usia saya sudah sekitar 9 tahun, dan tidak berlangsung lama, karena setelah 3 tahun kami di Ciputat kemudian kami pindah ke Cinere. Entah mengapa, guru mengaji yang selalu datang dua kali dalam seminggu itu kemudian tidak melanjutkan pelajaran mengaji di rumah Cinere dan saya pun lupa sama sekali tentang itu. 

Saat di Cinere  seingat saya ada dua guru mengaji yang sempat datang untuk mengajar kami mengaji di rumah, tapi entah bagaimana pula akhirnya saya merasa saat saya duduk di bangku SMP kemampuan mengaji saya masih sangatlah rendah, membaca masih terbata-bata, bahkan hingga usia SMA. Saya ingat pesan ibu guru Agama Islam saat saya mengaji terbata-bata di bangku kelas 3 SMP, Ibu Wiwi namanya kalau saya tidak salah, Ibu Wiwi bilang, saya harus sering membacanya/mengajinya supaya lancar.  Namun ya namanya juga anak-anak, senang main, senang melakukan yang lain, pesan Bu Wiwi tidaklah membuat saya tambah rajin mengaji, heheheh, bandel juga lah saya ini, baru akhirnya pas kelas 2 SMA saya ikut ekskul "membaca Quran" karena merasa malu juga sama teman-teman waktu itu kalau bulan Ramadhan disuruh memimpin mengaji tapi membacanya terbata-bata, dan malu juga sama ibu dan bapak guru saat tes mengaji eh tidak lancar membacanya. Ekskul tersebut dibimbing oleh Bu Ibra, salah satu guru Agama Islam saat itu. Setiap hari Selasa saya datang ke musholla di sekolah sebelum sekolah di siang hari. Yang kami lakukan, bersama-sama dengan teman-teman yang lain yang ikut ekskul itu, tentunya ya mengaji, berganti-gantian kami membaca beberapa ayat, saat ada yang salah Bu Ibra akan memperbaiki, begitu selalu setiap pertemuan. Alhamdulillaah sedikit demi sedikit ada kemajuan yang saya rasakan.

Cerita tentang belajar mengaji masih terus berlanjut, sempat malah saat saya sudah kuliah, dengan teman-teman SMA kami berkumpul di rumah seorang kawan dan sengaja memanggil guru mengaji, namun seiring bertambah banyaknya kegiatan kami dan pastinya rasa malas yang ampun-ampunan banget, kegiatan mengaji itu akhirnya bubar. Ah so sad… 

Saat kuliah di UNAS juga seingat saya, saya sempat belajar mengaji dengan kakak-kakak Rohis di sana, tapi ya itu lah, tidak pernah lama. Bagaimana dengan mengaji di mesjid, ikut kegiatan remaja mesjid begitu? Jangan ditanya, saya ini orangnya sebenarnya pemalu, jadi sebenarnya saya tidak terlalu suka keramaian, jadi yang namanya remaja mesjid, kegiatan ramai-ramai gitu, pernah sih pingin ikut, pernah juga saya mendaftar, tapi ya itu sekedar mendaftar saja. Hehehehe… Akhirnya belajar mengajinya dilakukan sendiri saja. Di rumah belajar mengaji dengan ibu dan ayah, mendengar dan menyimak mereka mengaji itu salah satunya cara belajarnya. Alhamdulillaah, sejarang-jarangnya saya mengaji, masih terus mengaji, walau kadang membacanya hanya surat-surat favorit tertentu seperti Al Mulk, Al Waqiah, Ar Rahman, dsb. 

Belakangan saya diajak anak-anak Rohis di kampus Perbanas Institute, juga beberapa adik mahasiswa USBI untuk ikut ODOJ, One Day One Juz. Awalnya saya tidak yakin bisa membaca 1 juz 1 hari, eh tapi ternyata setelah dicoba bisa, walaupun godaannya kencang banget sampe sekarang loooh kadang adaaaa aja alasan belum selesai membaca 1 juz. Yang patut disyukuri adalah akhirnya lama-lama mengaji saya menjadi lebih lancar dan pasti belajar lagi yang benar tentang cara mengaji atau tajwidnya. Alhamdulillaah banyak kawan-kawan yang bisa dijadikan tempat bertanya/belajar, in shaa Allah dengan mengaji bisa menjadi hamba yang lebih tahu diri, maklumlah, kekurangan saya segudang banyaknya, bahkan mungkin segudang juga lebih. 

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan kekurangan saya, juga rasa malas dan segala macam hal sia-sia yang sudah terlanjur saya lakukan, aamiin.

Ayok lah mengaji :)

Jakarta, 14 Mei 2014

1 komentar:

  1. Assalamu 'alaikum...

    Cerita yang berurutan ya bu adelina..... nice post....

    Cuman mungkin sedikit koreksi bu Adel.....Di akhir 2 paragraf terakhir, mungkin "in shaa Allah" kalau gak salah adalah menggunakan syin...bukan shad.... Coba lihat Surat 18 (Al Kahfi) Ayat 24....Kalao saya yang salah mohon maaf, karena kebetulan saya pernah bertanya mengenai hal yang sama....

    wassalamu 'alaikum...

    BalasHapus