Minggu, 28 Juni 2015

Nonton Family Entertaining Muhammad Teladanku

Sabtu malam (27 Juni 2015) tak sengaja menjelang tidur aku tengok lagi WA grup, di salah satu kiriman pesan ada tawaran nonton acara Family Entertaining Muhammad Teladanku, dan yang menariknya ternyata Bu Ela sebagai admin menawarkan tiket seseorang yang batal dipakai, nama Bapak atau Ibu pemilik tiket yang terpakai itu adalah Tri Setyo Ariyanti. Oooh kelihatannya dari namanya sih ibu ibu ya. Singkat cerita, saya coba hubungi bu Ela dan berhasil mendapatkan tiket tsb. malam ini. Saya tinggal datang ke lokasi acara keesokan harinya tanpa haru membayar tiket.

Acara yang diadakan di Graha Sucofindo ini banyak dihadiri kelompok keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak anak, sementara saya datang sendirian, tapi tetap semangat. Sebelum hadir di acara ini saya sempat teringat acara Amazing Muharram yang pernah saya hadiri, lalu saya terpikir mungkin acaranya modelnya sama atau mirip mirip, dan ternyata benar. Hanya tentunya sesuai judulnya acara yang saya datangi kali ini lebih fokus bercerita tentang Nabi Muhammad Saw.

Saya jujur saja merasa sangat bersyukur mendapat kesempatan hadir di acara  Family Entertaining Muhammad Teladanku ini karena dari acara ini saya mendapatkan hiburan dan ilmu. Acara yang terfokus pada kegiatan di panggung itu berisi semacam drama yang diambil dari kisah kisah Rasulullaah semasa hidupnya. Di panggung muncul narator yang dibawakan oleh Pak Nugie Al Afghani dan Bunda Kurnia. Mereka membawakan cerita dengan begitu khusyu' dan penuh penghayatan sehingga pada sebagian cerita saya dan hadirin lainnya ikut terhanyut sampai kami menangis tersedu sedu, sedih terharu mendengar kisah Rasulullah yang begitu indah. Acara ini sangat bagus untuk ditonton oleh anak anak kisaran usia SD kelas 4 hingga SMA (ini sih menurut saya saja) karena mereka pasti merasa tertarik dengan gambar yang ditampilkan di layar dan juga narasi yang ditemani beberapa aksi panggung teman teman pendukung narator. Namun mungkin untuk anak di bawah kelas 4 atau bahkan balita sebaiknya tidak perlu dulu diajak ke acara ini karena ternyata selama acara mereka malah kelelahan dan kebosanan apalagi acara ini diadakan di bulan Ramadhan sehingga tampak sebagian anak malah sibuk bermain dengan gadget, baik menonton video dan bermain game, ada juga yang saya lihat jatuh tertidur pulas, hehehhee...namanya juga anak anak, kasihan sudah mengantuk harus dipaksa dibangunkan oleh orang tuanya supaya tidak rugi dengan tiket yang sudah dibeli.

Acara berlangsung sekitar 3 jam, yang tadinya direncanakan mulia pukul 08.00 eh molor hingga baru mulai mendekati pukul 09.00 sehingga acara molor hingga jam 12 lebih sedikit.

Ya alhamdulillaah ga rugilah ikut acara ini, menarik dan ada ilmunya, insyaa Allah berkah dan bermanfaat untuk yang hadir dan yang ngasih tiket yaa.

Jakarta, 29 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

Yang Penting Rumput Sama Hijaunya

Saat bercakap-cakap dengan kawan-kawan kadang muncul misalnya obrolan seperti ini, "Enak lo De udah ke mana-mana. Gue mah belum ke mana-mana. (Maksudnya jalan2)." Terus jawab gue, "Loh, lo juga enak, udah punya suami, udah punya anak, 2 pula." 
Rejeki makhluk Allah itu beda-beda, kawan, begitu juga cobaannya, ujiannya, kelihatannya saja kehidupan orang lain lebih enak, padahal belum tentu juga. FirmanNya di dalam Q.S. An Nisaa':32 "Janganlah kamu iri terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagianmu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari hal-hal yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari hal-hal yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu. Lalu kemudian di ayat An Nisaa': 16 kataNya lagi "...bersabarlah, boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." Dan juga Allah mengingatkan, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai ukuran kesanggupannya (Al Baqarah:286)" Yang penting mah sekarang takwa, dalam hadistnya, Rasul Saw bersabda, "Apa yang telah aku larang untukmu, maka jauhilah. Apa yang aku perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga. Sungguh, umat sebelum kalian telah binasa karena mereka banyak bertanya yang tidak perlu dan sering mendebat nabi mereka." (H.R. Muslim)

Jadi harus tetap semangat yah semuanya dan senantiasa bersyukur !!  “Siapa yang bersyukur kepadaKu, maka Aku tambah nikmatKu atasnya, dan siapa mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)
Semoga selalu Allah limpahkan kebaikan dunia dan akherat untuk kita, aamiin.

Selasa, 24 Maret 2015

Sekedar tentang Rasa Yakin

Kalo kita yakin, percaya, ya kita jalanin,  tapi kalo ga percaya kalo perintah sholat itu benar adanya demikian,  atau percaya cuma belum sepenuh hati artinya kita masih nyari apa sebenarnya yang kita benar benar yakini.  Kita semua terlahir dengan naluri mendewakan,  menuhankan sesuatu,  bahkan orang yang ga percaya Tuhan aja dia menuhankan sesuatu,  ya mungkin orang yang dikaguminya atau apapun.  Jadi kalau masih merasa belum yakin,  ya cari aja terus,  mudah mudahan lama lama akan didapatin apa yang benar benar kita yakini. Ngomong apa sih gue malem malem? Ga ada,  cuma kepikiran aja kenapa kalo kita emang yakin, tapi kok suka ga sepenuh hati ngejalaninnya,  well itu artinya kita belum terlalu yakin. Ah ini mah gue aja. Kalo pada punya pendapat beda ya silahkan. Seperti contohnya kisah teman gue,  dia mendapat cerita bahwa jika seorang perempuan yang sudah baligh belum menikah tidak memakai jilbab, ayahnya akan berdosa karen tidak mengingatkan anaknya untuk memakai jilbab,  sementara kalau dia sudah menikah maka suaminya yang menanggung dosanya,  karena teman gue itu yakin,  saat itu juga ga pake ba bi bu dia putusin untuk pakai jilbab. Sementara gue lain lagi,  keyakinan gue adalah bahwa Tuhan udah sangat baik sama gue,  gue minta sesuatu sering banget Dia kasih,  masa Dia udah segitu baiknya sama gue,  gue masih membangkang akan perintahNya,  dan gue memang yakin yang tertulis dalam kitab adalah memang perintahNya. Jadi semua masalah yakin ato ngga.  Yakin bakal mati,  yakin bakal ada hari perhitungan,  minimal kalo bikin salah ada rasa bersalah, perasaan itu muncul karena kita yakin ada hari perhitungan,  tapi kalo ga yakin,  yaa santai aja,  ga dipikirin. Mau bales orang nih ceritanya kan abis dijahatin,  bisa bales,  bisa banget,  tapi karena kita yakin atas apa yang disampein Tuhan bahwa memaafkan itu lebih baik dari membalas,  bahkan lebih berbahayanya kalo balas ternyata pembalasan kita malah berlebihan dan kita yakin ujung ujungnya dosa,  pasti mikir berkali kali deh,  di dalam kepala dan hati sibuk 'bales ga ya,  bales ga ya?' karena jauh di lubuk hati yang paling dalam ada keyakinan dan keyakinan itu menumbuhkan rasa takut kepada Sang Maha Pencipta. Ya ampun gue jadi nulis esai deh sesadar sadarnya. Ya ga apa apa lumayan jadi dongeng sebelum tidur 😌 #nobodybloddysperfect

Minggu, 22 Februari 2015

Iseng Nulis: Tipe Mahasiswa Saat Ujian

Ini adalah sebuah tulisan lama, silahkan disimak.

Iseng Nulis: Tipe Mahasiswa Saat Ujian

 
Ini bukan tulisan serius karena kebetulan lagi pingin nulis aja and gw gak tau mau nulis apa. Males mau nulis yang berat-berat takut juga nanti teman-teman pada bosan. So, topik malam ini adalah tentang mahasiswa.

Bicara tentang mahasiswa, sebenernya gw bisa cerita dari sudut pandang gw sebagai mahasiswa atau pun gw sebagai pengajar (gak terlalu suka pakai kata dosen, rasanya terlalu gimana gitu, hehehe) Tapi untuk malam ini mari silahkan disimak cerita gw tentang mahasiswa dari sudut pandang gw sebagai pengajar. Kebetulan tadi pagi ada satu kelas berisi 28 mahasiswa yang baru saja ujian, jadi ya bisa lah gw ambil sedikit-sedikit dari apa yang terjadi tadi pagi.

Sebelumnya gw perlu sampaikan bahwa menurut gw nih, saat ujian adalah saat di mana mahasiswa akan tahu bahwa gw termasuk salah satu pengajar yang sangat benci dengan yang namanya ketidakjujuran alias aksi mencontek. Jadi seandainya gw sedang bekerja sebagai pengawas ujian gw akan betul-betul berusaha untuk mengawas dengan sebaik-baiknya krn menurut gw, aktivitas mencontek bisa terjadi karena adanya kesempatan, sehingga gw sebagai penagawas harus memastikan bahwa mereka memang sedang diawasi sehingga memang kesempatan tidak muncul dengan seenaknya.

Okay, sekarang mari gw coba ceritain ke kalian mahasiswa macam apa saja yang sering gw temui di kelas. Yang pertama itu adalah mahasiswa pintar, rajin dan yang pasti siap dengan ujian. Yang selanjutnya adalah tipe mahasiswa yang mungkin pintar, rajin, tapi tidak terlalu siap, paling tidak ketika menjawab tidak selancar yang siap. Sementara, tipe mahasiswa ketiga adalah yang tidak bisa karena memang kelihatannya sih tidak belajar. Dan yang terakhir adalah mereka yang anteng, tapi gak jelas bisa atau ngganya, hehehe.

Mahasiswa pintar, rajin, dan siap dengan ujian, gw biasanya bisa percaya pada mereka bahwa mereka gak akan rusuh saat ujian, yang ada malah mungkin teman-teman mereka yg tidak siap yg kemudian akan sibuk mengganggu mereka dan menjadi awal kericuhan di kelas saat ujian. Akibat terlalu sering mengalami ini akhirnya gw senang memindahkan mahasiswa atau istilah gw mengamankan mereka yang menurut gw beresiko untuk diganggu, sehingga mereka tidak berada dekat dengan mereka yang kelihatannya tidak bisa. Sangat subjektif mungkin, tapi paling tidak gw sudah melakukan sesuatu dan yang pasti gw gak asal-asalan deh menilai mereka. Toh UTS biasanya dilakukan seteah pertemuan ke-7 sehingga sedikit-sedikit gw udah tahulah mahasiswa gw itu seperti apa. Nah untuk mereka-mereka ini biasanya gw perhatiin sih ngerjain ujiannya lancar, tenang, ga banyak bengong, dan pertanyaan beres dijawab semua. Walaupun kadang-kadang tebakan gw suka meleset, tp seringnya bener, heheheh...

Nah, kalo tipe mahasiswa kedua, ada tuh mahasiswa yang keliatannya rajin, pinter, tp pas ujian ternyata gak siap, iya mungkin kebetulan belajarnya gak maksimal. So kalo untuk anak-anak macam ini, mereka suka keliatan agak gelisah, tp sebenernya lama-lama sih bisa, cuma butuh waktu agak lebih lama dari tipe pertama. Sama seperti tipe pertama, mahasiswa semacam ini masih bisa dipercaya, mereka ga akan neko-neko:) Paling-paling mereka celingak celinguk sejenak, tapi gak lebih dari itu, beda lah pokoknya dengan tipe yang selanjutnya, yaitu tipe ketiga, yang suka bikin rusuh, hohoho...

Tipe ketiga adalah tipe yang gw harus hati-hati dalam mengawasinya, krn tipe yang seperti ini yang biasanya mengganggu kedamaian kelas. Mereka adalah mahasiswa yang emang di kesehariannya juga kelihatan biasa-biasa saja, motivasi belajar tidak terlalu tinggi, bukan tipe pelajar keras lah. Nah model-model seperti ini nih yg ngedorongnya pun susah banget (mobil mogok kali... :p ). Udah kemampuannya kadang di bawah rata-rata, eh pake males-malesan pula. Apa yang terjadi pada saat ujian? Mereka akan banyak diam, celingak celinguk. Ada juga yang pura-pura ngerjain soal dengan serius, padahal mata ngelirik kanan-kiri dan gw biasanya dengan senang hati pada akhirnya menyuruh mereka tukar tempat duduk atau kalau masih ada kursi kosong tinggal gw suruh pindah. Kadang ada beberapa yang menolak dan ogah-ogahan, tapi kebanyakn sih nurut. Gw suka bilang, "Kamu pindah ya tempat duduknya, biar hatimu lebih tenang." karena biasanya gw mindahinnya gak tanggung-tanggung, ke bangku kosong di sudut, di depan yang di kanan kirinya ga ada bangku lain, hahaha... bair aja deh, biar rasa. Anak-anak begini nih yang bikin dilema. Tapi soal dilema biarlah itu jadi lain cerita, karena akan terlalu panjang kalau dibahas di sini.

Yang terakhir adalah tipe mahasiswa pendiem karena gak jelas bisa atau ngganya. Kadang yang seperti ini suka agak menipu. Awalnya gw pikir mereka bisa, tapi ternyata, o ow... ketika kertas ujian diperiksa, hasilnya bikin gw ngurut dada. Antara kesian gak tega, tapi juga gw tak bisa berbuat apa-apa. Walhasil, mahasiswa macam ini juga terancam agak susah lulusnya.

Ketika ujian selesai alias sudah habis waktunya, gw akan dengan segera menyuruh mereka berhenti bekerja dan mengumpulkan hasil ujian yang ada. Alhamdulillaah yang tadi pagi gak ribet, karena kadang, ada aja loh mahasiswa yang ngeyel, gak ngumpul-ngumpulin sampe harus diancem, "Kalo saya sudah keluar kelas, saya gak akan terima kertas ujian kalian yaa." ya, kuarang lebih semacam itu lah, baru deh tuh rame-rame pada buru-buru ngumpulin kertas ujiannya. Hehehe... Emang deh orang di mana-mana sama aja, kalo udh diancem baru deh sigap n takut. hahaha, kok jadi inget kejadian di bis kemaren ya? ah tapi itu mah beda kasus:p

Yo wes lah, jadi tentang tipe mahasiswa tadi ya begitu lah adanya. Oiya, ini kasusnya untuk mahasiswa di kelas bahasa loh ya, kalau untuk di kelas lain yang isinya hafalan, waaah, itu mah lain lagi ceritanya. Beda uniknya, karena bisa pake cerita model contekan segala. Bisa dibuat ceritanya di tulisan yang lain. Ada yang berminat menuliskannya? Kalau ya, yuk mbok silahkan dishared ditagged juga ke gw.

Cinere, 29 Oktober 2010, almost midnight;)

Selasa, 27 Januari 2015

Cek Darah Rutin Hari Ini

"Aduuhh...", itu keluh kagetku saat kumenyadari darah mengalir turun di tanganku sore tadi sehabis diambil darah di lab sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Lalu aku berhenti berjalan dan suster langsung bertanya, "Kenapa Mba?", "Ini loh Sus, kayaknya darah saya masih keluar deh nih.", sambil saya sibuk pegang lengan baju saya yang basah karena darah, langsung berbalik arah kembali menuju tempat suster. Suster memeriksanya, "Wah iya ini kok ngucur lagi, padahal tadi sudah ditekan bekas ambil darahnya. Oooh Mbanya jangan mbawa tas pakai tangan kanannya dulu." Lalu suster lain menyahut dari dalam, "Kenapa?", dijawab oleh suster yang sedang membantuku membersihkan darah di tangan, "Ngga papa, ini loh mbanya darahnya keluar lagi karena langsung bawa beban." Dan akupun langsung merasa ga enak, "Iya iya maaf Sus, lupa saya, harusnya ga boleh bawa beban dulu." "Iya gapapa kok Mba", begitu sahutnya berusaha menenangkan. Lemes aku lihat darah encer ngalir banyak gitu, lebaay... Jadi itu sedikit cerita tentang tadi siang di lab rumah sakit. Sejak HB (hemaglobin alias sel darah merah) ku turun di akhir Desember 2014 lalu, tiap dua minggu sekali aku ke lab untuk cek darah rutin, dan ini sudah kedua kali. Jadi HBku yang biasanya bisa mencapai 8 hingga 8,5 tau tau turun jadi 6,8. Alhamdulillaah, 2 minggu yang lalu naik jadi 7 dan hasil hari ini sudah naik lagi jadi 7,5. Ya ga apa apa naiknya sedikit sedikit in shaa Allah makin sehat. Sekarang ya masih sering ngantuk gitu deh, tapi lemesnya udah ga lagi. Semua tetap harus disyukuri ya... Kata dokter harus minum susu 2 kali sehari, oalah dok...saya ga suka minum susu, tapi yowes nanti aku pekso lah biar saya makin sehat hehhehee... Harus ada pengorbanan tho. Jadi ego ga mau minum susu harus dilawan dan dikorbankan supaya badan sehat. In shaa Allah.





Selasa, 27 Januari 2015

Selasa, 06 Januari 2015

Apa Punya Pembantu Sudah Pasti Manja?

Kalau jaman dulu di rumah saya bisa sampai ada dua pembantu saya yakin bukan karena orang tua saya mau memanjakan saya dan saudara saudara saya yang semua total berjumlah 5 orang. Kalau saya terka mungkin idenya adalah supaya ibu bisa mengurus anak anaknya dengan lebih baik sementara ayah memang bekerja di kantor biasa berangkat pagi pulang malam, tak sempat lagi membantu ibu mengurus anak anaknya banyak banyak. Tapi awalnya seingat saya dulu, sebelum ada pembantu di rumah, yang biasa membantu ibu dan ayah ya ada saja saudara saudara yang memang ikut menumpang di rumah, baik itu saudara jauh maupun dekat, sampai pernah suatu ketika saat kami pindah ke Medan ada kerabat yang ikut kami di Medan untuk membantu bantu di rumah. Well, ingatan saya tidak terlalu bagus, namun seingat saya seperti itu. Lalu saat kami kembali ke Jakarta tinggal di Ciputat, sempat kerabat beberapa saat berada di rumah untuk membantu, tapi sepertinya tidak lama, kemudian digantikan oleh pembantu, cuma satu karena rumah yang didapat ayah dari kantor saat itu kecil dan tidak dapat menampung banyak orang di dalamnya.

Baru setelah kami pindah ke Cinere kembali ada pembantu dan bisa berjumlah 2 orang bahkan berbeda kelamin karena kamar untuk pembantu juga ada 2. Pembantu laki laki sering juga diminta mengantar kami ke sekolah sampai tiba di suatu hari, sepertinya kenakalan pembantu laki laki itu mulai tampak, dia sering menyembunyikan kakak kami yang saat itu mulai suka merokok, bahkan suatu hari kenakalannya yang luar biasa adalah sepulang dari mengantar kakak atau mungkin adik saya ke sekolah lama dia tidak kembali ke rumah eh ternyata ketahuan kalau dia bawa mobil main main dulu entah ke mana, saat itu saya tahu ibu marah sekali, tapi ibu bukanlah seseorang yang mudah meluapkan kemarahannya, ibu adalah orang yang tidak tegaan dan sering merasa tidak enak, ya mirip mirip lah sama saya sekarang hehehee menurut saya ini mah. Jadi saat itu yang memarahi pembantu laki laki kami yang nakal adalah ayah, tidak lama setelah kejadian itu dia keluar.

Tapi dengan adanya pembantu tidak berarti ibu dan ayah mau memanjakan kami kok, saya percaya pasti niatnya tidak seperti itu. Efeknya punya pembantu ya pasti bermacam macam, alhamdulillaahnya sih kami tetap mau bekerja, jadi kala musim lebaran tiba ya pekerjaan rumah pun menjadi tanggung jawab kami bersama. Saya ingat betul harus mencuci cucian segunung, ya gimana tidak segunung wong penghuni rumah totalnya ada 7 jadi pasti mayan banyak kan cuciannya, habis mencuci (mencuci termasuk membilas, memeras manual, penggiling dan pengering sih pakai meain), lalu dilanjutkan menjemur. 

Sekarang kami tinggal sendiri sendiri bahkan saya sejak awal kerja juga sudah memilih untuk kos, jadi lumayan lah itu membantu kami menjadi lebih mandiri. Kami tidak lagi, atau belum, tepatnya, berdrama pembantu lagi. Seru juga cerita tentang pembantu ini, macam drama juga terkadang. Oiya sekarang pembantu lebih populer disebut asisten rumah tangga alias ART ya hehehee whatever, apalah arti nama, semua manusia sama kok di mata Tuhan.

Pramuka Jakarta 6 Januari 2015

Senin, 05 Januari 2015

Janji Itu Adalah Utang

Atas dasar apapun janji tetap harus ditepati. Apapun yang terjadi janji tetaplah utang yang harus dibayar dan akan ditagih sampai kapanpun itu. Itulah mengapa kata kata, ucapan kita harus hati hati dijaga, kalau sulit untuk kira kira menepati sebuah janji lebih baik jangan berjanji. Kalau seandainya sudah terlanjur berjanji namun ternyata tidak sanggup memenuhi ya harus menyampaikan permintaan maaf, bahkan menawarkan penggantian atas janji yang tak dapat dipenuhi itu, saya percaya begitu adabnya. Tapi entah mengapa ada saja orang orang yang menganggap remeh janji janji mereka, bahkan sudah diingatkan pun mereka tetap bergeming. Well, one day still we need to pay what we promise people to give, to pay, to return, whatever the condition will be later. Let's keep our promises as best as we can or let's ask for apology for those we cannot pay.

Pramuka Jakarta, 4 Jan 2015, 23.47 WIB