Jadi berawal dari cerita radang mata di postingan gue sebelumnya. Tanggal 3 atau 4 Januari 2016 gue merasa ada yang ga beres dengan mata gue, dia agak merah dan agak nyeri. Tanggal 6 Januari akhirnya gue pergi ke dokter mata pertama, dikasihnya gue obat Tarivid Ophtalmic Solution. Tanggal 8 Januari, 2 hari setelah pemakaian obat tersebut gue ngerasa kondisi mata gue ga membaik, dia malah membengkak, berair, tambah sakit dan tambah merah. Akhirnya 9 Januari gue hentikan pemakaian obat, cuma ga langsung ke dokter karena gue pikir di RS mata yang mau gue datangi dokter matanya ga ada yang praktek Sabtu dan sore. Akhirnya Senin, 11 Januari 2016 barulah gue ke RS Mata Aini dan bertemu dokter Purbo Widodo yang siang itu untuk bertemu dengannya gue harus antri 3 jam, sampe ngantuk gue nunggunya. Saat itu dokter kasih gue 2 macam obat tetes, Cendo Xitrol (dosis 5 kali tetes/hari) dan Cendo Tropin (dosis 2 kali tetes/hari), lameson 16 mg, dan vitamin b12. Tanggal 14 Januari, saat gue sidang thesis alhamdulillaah kondisi mata udah lebih baik sehingga gue ga perlu merem merem ga jelas saat ketemu dosen. Sabtu, 16 Januari gue datang lagi ke dokter, dosis obat mulai dikurangi, tapi dokter ga bilang apa apa tentang efek obat. Tapi selama beberapa minggu ini yang pasti gue rasain adalah mood gue ngaco banget, masa sehari sehabis gue sidang thesis gue malah berasa sedih buangeeeet, terus minggu lalu pas gue haid, biasanya gue haid itu bisa banyak eh ini cuma sedikit sedikit, satu lagi yang sangat signifikan adalah badan gue sering berasa panas dan kalau di rumah melah sering kegerahan alhasil tidur kebangun mulu kudu ganti baju karena keringat yang ga kayak biasanya.Tapi gue pikir semua itu muncul karena hormon biasa atau malah karena cuaca yang ga jelas, kadang panas, kadang dingin, eh ternyata oh ternyata, gue baru tahu kalo lameson itu punya efek samping yang luar biasa. Gue baca di sini tentang efek dari lameson itu, yang ternyata beberapa di antaranya kejadian sama gue. cah elah... pantesan.... gue udah keburu su'udzon sama cuaca aja tuh. alhamdulillaahnya sih dosis lameson dan obat lain udah diturunin banget sama dokter, bahkan akhir pekan besok kata dokter semua obat sudah boleh distop karena kondisi mata gue yang udah makin pulih. Ya.... walaupun akhirnya ada yang keteteran ngerjainnya karena gue jarang buka laptop, ga apa apa deh yang penting mata gue sembuh dulu. Mudah mudahan pihak kampus bisa ngerti.
Ah udah ah, cape, hehhehehe
Jakarta, 31 Januari 2016
Minggu, 31 Januari 2016
Selasa, 12 Januari 2016
Radang Mata
Cerita dari mana ya gue? Fine, dari hari hari pertama berasa mata gue rada nyeri dan mulai merah urat uratnya. Lalu dua hari dari situ gue bawa periksa mata kanan gue di dokter di RS Swasta dekat rumahku di daerah Rawasari. Dua hari kemudian gue merasa mata gue malah bengkak dan berair, akhirnya obat gue stop dan mata gue bener bener ga nyaman rasanya. Dua hari kemudian hari Senin barulah gue bawa periksa lagi mata gue itu di Aini. Kalau dokter di RS daerah rumah bilang mata gue iritasi, nah pas di Aini mata gue dibilang radang. Dari dokter di Aini gue dikasih 2 obat tetes dan 2 obat minum. Alhamdulillaah I feel better. Mudah2an habis ini sembuh ga sakit apa apa lagi sampe selamanya. Bisa? Atas kehendak Allah apapun bisa terjadi. Ok, kalian jaga kesehatan ya :)
Pramuka, 13 Januari 2016
Sabtu, 19 Desember 2015
Ga Tau Mau Ngomong Apa
Kadang ada aja kejadian yang sebenernya kita ga mau kejadian itu terjadi atau ada tapi ternyata dia harus ada. Seperti saat ini, kejadian yang membuat gue gundah gulana dan terus bertanya, kenapa sih Tuhan, kenapa, tapi yaaa mungkin Tuhan pikir I deserve this. Gue percaya Tuhan lagi liat gue, Dia lagi liat gue lagi ngapain, itu kalo gue lagi nyadar, kalo lagi nyadar yaa akhirnya banyak banyak istighfar sambil yakin yang saat ini bikin gundah akan lewat walau ga tau dalam waktu berapa lama. Mau cerita kadang juga ga tau mau cerita sama siapa, ga guna juga kali, jadi ya ceritanya gini aja di sini, serius ga tau mau ngomong apa, yang gue tau gue harus kuat apapun yang bikin gundah gue harus bisa tetep mikir normal, ga bikin hal hal konyol dsb dsb, banyak istighfar, baca Quran dsb. C'est la vie :)
Jakarta, 19 Desember 2015
Jakarta, 19 Desember 2015
Jumat, 04 Desember 2015
Pemimpin dan Hati Nurani
Hari ini langit mendung dan saya bersuka cita karena saya lebih suka suasananya, adem, dingin, dan tidak akan ada matahari yang membuat saya penuh peluh saat berjalan kaki. Oooh…ternyata tidak hanya mendung, hujan turut menemaninya, walau tidak deras, dan tidak lama, tapi cukup membuat suasana teduh.
Semua berjalan baik, hingga saya membuka laman sebuah kampus di Jakarta yang mengadakan lomba menulis artikel dengan temaWe are The Future Leader sekonyong-konyong saya merasa tertegun sejenak, berpikir dan bertanya kepada diri saya sendiri, apakah saya sudah menjadi seorang pemimpin? Katanya, pemimpin itu tidak harus memiliki pengikut karena minimal seseorang itu dapat disebut seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Baiklah, jika saya memang adalah seorang pemimpin, apakah saya telah menjadi seorang pemimpin yang baik? Dalam tempo yang begitu cepat saya punya banyak pertanyaan di kepala dan tentunya ada sedikit-sedikit rasa sesal di dalam hati, mengapa di umur sekian rasanya saya masih berada di kondisi saya berada ini, mengapa saya tidak berbuat lebih sehingga saat ini saya sudah mencapai hal yang lebih. Selain pertanyaan, rasa sesal, muncullah rasa tidak puas akan apa yang telah saya lakukan dan saya capai. Walaupun mungkin apabila saya bercerita kepada teman-teman, mereka yang tahu saya lebih lama, mereka ada mengacungi jempol dengan pencapaian saya, menurut mereka apa yang saya capai adalah sudah termasuk luar biasa, namun hati kecil saya menyangkal dan berkata harusnya saya bisa berbuat lebih. Berhenti di situ sejenak.
Saya tertarik ikut dalam kontes menulis dengan tema We are The Future Leader tidak untuk mendapatkan hadiahnya, namun lebih karena saya ingin tulisan saya dapat dibaca dan bermanfaat untuk teman-teman pembaca. Saya ingin menuliskan begitu banyak hal, tapi saya harus cukup tahu diri bahwa makin ke sini waktu orang semakin sedikit, sehingga rasanya tulisan tentang We are The Future Leader tidaklah perlu dibuat panjang lebar dan rumit.
Kawan, saya pernah mendengar bahwa mereka yang sukses dan pada akhirnya lahir sebagai pemimpin yang benar-benar pemimpin adalah mereka yang memulai usaha mereka dengan niat membantu orang lain. Mereka memulai perjalanan kepemimpinan mereka dengan niat mulia bahwa mereka ingin menolong. Merekalah pemimpin yang memiliki hati nurani, tidak hanya pemimpin yang memikirkan diri sendiri dan keluarganya, atau bahkan kawan-kawan terdekatnya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang rela berkorban untuk pengikut-pengikutnya, berani membela yang benar dan menghukum yang bersalah, dan berani juga bertanggungjawab atas kelalaian dan kesalahannya. Patut kita sadari, tidak lah mudah menjadi pemimpin karena pada hakekatnya tidak ada manusia sempurna, begitu pun pemimpin. Pemimpin, atau seseorang yang pada akhirnya bergelar pemimpin pastinya pernah juga mengalami pengalaman buruk atas kelalaian dan kesalahannya tadi, atau secara tidak langsung pengalaman yang dialaminya dan mau tidak mau membuatnya terlibat dalam sebuah masalah. Inilah yang kemudian membedakan, bagaimana menghadapi masalah sebagai bagian dari pengalaman hidup, apakah sekedar disesali atau kemudian diambil pelajarannya untuk menjadikan dia seorang yang lebih baik, karena seorang pemimpin pun harus mampu merendahkan hatinya dan mau berintrospeksi diri. Untuk semua itu, bercermin diri, introspeksi diri, tidak memikirkan diri sendiri, rela berkorban untuk pengikut pastinya, berani membela yang benar dan menghukum yang bersalah membutuhkan hati nurani. Marilah kita masing-masing melihat hati nurani kita. Mari kita mulai dari diri sendiri, berusaha menjadi individu yang lebih baik sehingga orang-orang di sekitar kita pun merasakan kebaikan yang kita miliki, dari situ barulah pelan-pelan kita berusaha membantu mengurangi beban orang lain, baik dengan ucapan, tulisan, pergerakan tangan, hingga pergerakan yang lebih besar yang dimulai dari hati nurani. In shaa Allah dengan niat baik dan diawali dari hati nurani, akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang mampu memajukan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan ekonominya, juga jiwanya.
Salam semangat dari saya, semoga tidak hanya ilmu dan harta yang berlimpah yang kita miliki, tapi juga hati yang luas dan jiwa besar yang siap membawa bangsa ini menjadi lebih dari yang dicita-citakan pemimpin kita terdahulu.
Jakarta, 11 Maret 2014
Adelina Fauzie
Rabu, 02 Desember 2015
Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Sebuah Perubahan Menuju Kebaikan
Menurut sebuah
hadits, hati manusia seperti kita ini sangat mudah terbolak balik, bahkan lebih
cepat dia terbolak balik dibanding air yang sedang mendidih di dalam sebuah
bejana, karena itu supaya hati kita ini selalu baik kondisinya, selalu ingat
pada Allah misalnya, selalu ingin melakukan kebaikan, selalu mau menjauhi
kemunkaran, selalu berpikir positif tentunya kita harus minta kepada Sang Maha
Pemilik Hati, Pemilik hati kita ini bukanlah kita, namun Sang Maha Pencipta,
Allah Yang Mahaesa, Allah SWT. Allah jualah yang mampu membolak balikkan hati
ini, sebab itu ada pula doa doa yang kita patut panjatkan untuk meminta
kepadaNya agar senantiasa diberi hati yang kerap taat kepadanya, selalu tegak
di atas agama, begini bunyi doanya, ”
“Ya muqollibal qulub
tsabbit qolbi ‘alad dinika wa ‘ala tho’atika”.
“Wahai
dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu dan atas
ketaatan kepada-Mu”.
Tidak
mudah, tentu saja tidak mudah, doa kita pun belum tentu langsung dikabulkan, masih
saja godaan datang bertubi tubi, godaan yang kadang membuat kita lupa akan Yang
Mahapunya. Contohnya kita ini kan dilarang beghibah, tapi kalau sedang dengan
teman teman pasti ada saja berghibahnya, eh tapi ya, bergantung teman kita juga
loh, jadi kalau kita mendekatnya dengan yang senang berghibah ya bisa saja kita
pun jadi ikut-ikutan, tapi kalau kita dekat dengan orang yang tidak suka
berghibah insyaa Allah walaupun kita biasanya suka berghibah bisa loh pas
ketemu teman itu sama sekali tidak berghibah alias ngomongin orang. Lah terus
apa yang diomongin, ya hal hal lain misalnya bercerita tentang pengalaman atau
membahas rencana yang tentunya tidak menyentuh kehidupan orang. Ya namanya juga
usaha, usaha untuk tidak berghibah. Kita sekarang mulai berniat ya semoga
di setiap pertemuan dengan siapapun, kita selalu dipertemukan dengan orang
orang yang hatinya juga condong kepada Allah sehingga mereka pun adalah yang
berusaha melakukan yang terbaik di dalam hidupnya, termasuk berusaha
menghindari ghibah. Bismillaah, insyaa Allah niat kita untuk berubah menuju
kebaikan dan menomorsatukan Allah diridhoiNya, ingat, Allah itu Yang Mahatahu,
Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar. Insyaa Allah hal hal baik yang terniatkan
tersembunyi di dalam hati sekalipun Allah tahu.
Catatan
ini ditulis di Jakarta, 14 November 2015 dalam kondisi pikiran banyak isinya,
maunya banyak, mau nulisnya juga banyak, tapi sementara baru ini saja yang
mampu dituangkan. Mudah mudahan nanti akan menulis lagi tentang banyak hal yang
ada di kepala ini yang kiranya bermanfaat untuk kita semua :)
Sabtu, 17 Oktober 2015
Bunga Mawar Lambang Persahabatan
Bunga mawar di taman saatnya mekar,
warna warni warnanya tampak indah sebelum memudar
Bunga mawar beragam warna bermakna lembut dan sangar,
Warna warni ada putih,
merah, kuning, cerah bagai pendar.
Jakarta, 17 Oktober 2015
Rabu, 14 Oktober 2015
Sebuah Catatan :) Satu Muharram 1437 Hijriyah
Ke mana sajakah kakiku melangkah?
Kakiku setiap hari melangkah ke tempat kerja. Mudah-mudahan pekerjaan yang kulakukan bermanfaat dan membawa berkah untukku dan semua yang terlibat dengan pekerjaan itu.
Kakiku setiap hari melangkah ke tempat penjual makanan atau kantin kantor. Mudah-mudahan makanan apapun itu walau hargnya murah bisa membantu tubuh ini berkembang sehat.
Kakiku sesekali melangkah ke tempat makan di mall. Mudah-mudahan makanan yang kumakan di sana benar benar halal.
Kakiku sesekali melangkah ke bioskop. Mudah-mudahan dari film yang kutonton ada pelajaran yang bisa diambil.
Kakiku kadang melangkah ke mesjid untuk mendengarkan ceramah. Mudah-mudahan walau hanya sesekal aku mendengar ceramah di mesjid,i ilmu agama yang kudapat di masjid dapat membantuku hidup bahagia dunia akhirat.
Kakiku seminggu sekali melangkah ke taman di rumah untuk mencari keringat. Mudah-mudahan walaupun cuma seminggu sekali olah raga itu membantuku memperoleh ridho Allah agar aku sehat.
Kakiku sekali sekali melangkah ke rumah teman, ke rumah saudara, ke rumah yatim, atau ke rumah sakit untuk bersilaturahmi, menjenguk yang sakit, pun yang sehat. Mudah-mudahan silaturahmi ini membawa banyak hal baik untuk kami.
Kakiku sekali sekali pergi ke makam ibu dan ayah, tak harus hanya saat berlebaran. Mudah-mudahan Allah lapangkan kubur kami, juga Allah selamatkan kami dari siksa kubur itu.
Kakiku setahun sekali minimal alhamdulillaah bisa menapak kota di luar kota Jakarta dan sekitarnya. Mudah-mudahan dengan melihat sisi lain bumi ini aku dapat semakin mensyukuri apa apa yang sudah Allah beri kepadaku.
Kakiku ingin sekali dapat melangkah ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Mudah-mudahan niat ini semata-mata murni karena cintaku kepada Allah dan mudah-mudahan Allah mengabulkan keinginanku ini.
Ke manakah aku ingin melangkah? Tentunya banyak tempat selain ke tanah suci Mekkah dan Madinah, bahkan dulu sekali sampai jaman nafsu masih begitu menggebu, aku masih ingin sekali pergi ke club atau diskotik atau apapun namanya itu. Alhamdulillaah kakiku ini tak pernah Allah ijinkan pergi sana, sungguh aku beryukur, dan aku yakin sungguh Allah lebih tahu mana yang lebih baik untukku, karena memang sesungguhnya aku tak tahu apa apa, sungguh Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu.
Mudah-mudahan Allah selalu membimbing kita sehingga kita langkahkan kaki kita ke tempat di mana banyak berkah bisa kita temukan di sana, insyaa Allah, aamiin.
Langganan:
Postingan (Atom)